Hutan gambut
adalah hutan yang tumbuh di atas kawasan yang digenangi air dalam keadaan asam
dengan pH 3,5-4,0. Hutan gambut didefinisikan sebagai hutan yang terdapat pada
daerah bergambut, daerah yang digenangi air tawar dalam keadaan asam dan di
dalamnya terdapat penumpukan bahan-bahan tanaman yang telah mati (Indriyanto,
2005 dalam Indriyanto, 2010). Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan
tanah kaya bahan organik (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau
lebih.
Ekosistem gambut merupakan bagian
terbesar dari kawasan lahan basah yang menyimpan kekayaan plasma nutfah yang
mampu berkembang di dalam lingkungan yang amat terbatas dan merupakan cadangan
bahan baku yang penting untuk mengembangkan tanaman dan hewan budi daya di
daerah dengan lingkungan buruk (Mackinnon, 1994 dalam Dharmono, 2007). Ekosistem
hutan gambut merupakan ekosistem yang cukup unik karena karena tumbuh di atas
tumpukan bahan organik yang melimpah, akan tetapi tanah sangat miskin hara.
Umumnya daerah gambut tergenangi oleh air tawar secara periodik dan lahannya
memiliki topografi bergelombang kecil sehingga terdapat cekungan berisi
genangan air (Indriyanto, 2005).
Semula para
pakar tanah dari Eropa berpendapat bahwa gambut tidak akan ditemukan di daerah
tropika yang mempunyai temperatur tinggi seperti di Indonesia, pendapat
tersebut berdasar bahwa bahan organik dari tumbuhan akan cepat terdekomposisi
oleh jasad renik dan tidak terlonggok di daerah beriklim panas. Akan tetapi
dugaan tersebut ternyata salah, karena Bernelot Moens dan Van Vlaardingen pada
tahun 1865 menemukan gambut di Karesidenan Besuki dan Rembang. Hasil ekspedisi
Yzerman di Sumatra tahun 1895 juga melaporkan adanya gambut di daerah Siak,
bahkan pada tahun 1794 John Andersen telah menyebutkan bahwa di Riau terdapat
gambut (Soepraptohardjo dan Driessen, 1976 dalam Budianta, 2003). Kemudian baru
pada tahun 1909 Potonie dan Kooders mengumumkan bahwa di Indonesia telah
diketemukan gambut pada berbagai tempat (Wirjodihardjo dan Kong, 1950 dalam
Budianta, 2003).
Flora
dan Fauna
Jenis flora dan
fauna di hutan gambut relatif terbatas. Di Kalimantan vegetasi khas dari hutan
gambut terdiri dari assosiasi kayu ramin (Gonystylus spp). Di dalam
assosiasi ini terdapat tiga lapisan tajuk:
- tajuk atas terdiri dari kayu ramin (Gonystylus spp), Shorea albida, Shorea uliginosa, Tetramerista gabra, Durio sp., Ctelophon sp, Dyra sp, Palaqulum sp, Koompasia malacensisi;
- tajuk tengah terdiri dari pepohonan yang termasuk familia Lauraceae seperti: Alseodaphae sp,, Endriandra rubescens, Litsea sp, Myristica inner, Horsfeldia sp, Garcinia sp, dan juga familia dari Euphorbiaceae, Myristicaceae dan Jbenaceae; dan
- penutup tanah (tajuk yang paling bawah) terdiri dari familia Annonaceae, anakan-anakan dari pepohonan dan semak dari jenis Crinus sp.
Sedangkan fauna yang
terdapat di hutan gambut yang mempunyai relung di pepohonan (arboreal), di
daratan (terestrial) dan berelung di air. Berikut beberapa hewan hewan yang
berada di masing-masing relung:
- yang berelung di pepohonan (arboreal) ialah lutung, siamang, kera ekor panjang, orang hutan, bekantan dsb.;
- yang berelung di daratan (terestrial) ialah rusa, harimau, kancil dll.;
- yang berelung di air ialah kura-kura/ labi-labi, buaya, ikan arwana, ikan tawes dll.;
berbagai
burung migran dan jenis setempat juga dijumpai di pepohonan untuk mencari makan
dan bersarang (Atmawidjaja, 1988 dalam Budianta, 2003).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar